Blitar, sidikkriminal.com – Korban dugaan kekerasan antar pelajar di salah satu SMKN di Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, kini telah pulih dan dalam kondisi sehat. Pihak sekolah bersama Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Blitar berharap korban bisa segera kembali bersekolah pada Senin, 13 Oktober 2025.
Arif, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN setempat, menyampaikan bahwa pendampingan terhadap korban dan proses mediasi antar keluarga terus dilakukan secara intensif.
Dari hasil kunjungan ke rumah korban berinisial DNA (16) pada Kamis (9/10/2025), kondisinya sudah sehat dan bisa beraktivitas normal. Sekolah mengarahkan agar korban dapat kembali bersekolah mulai Senin besok,” jelas Arif.
Pihak sekolah juga menyebut bahwa arahan tersebut telah disampaikan sejak dua minggu lalu. Wali kelas dan teman-teman korban turut aktif memberikan dukungan agar DNA kembali ke sekolah.
Sementara itu, pelaku berinisial MAF (17) yang merupakan kakak kelas korban, masih belum masuk sekolah sejak dilaksanakannya ikrar damai secara kekeluargaan.
Kami akan segera berkomunikasi dengan orang tua pelaku, agar baik pelaku maupun korban bisa kembali bersekolah bersama,” tambah Arif.
Ia menegaskan bahwa kedua siswa tersebut tidak saling mengenal dan tidak memiliki masalah pribadi sebelumnya. Kasus pemukulan terjadi secara spontan saat jam istirahat pagi, tanpa pemicu lain dari lingkungan sekitar.
Sekolah memastikan bahwa kasus ini sejak awal terus dikawal secara serius, dengan fokus pada pendampingan psikologis dan pemulihan iklim belajar yang aman dan kondusif.
Sementara itu, Agus Supriyadi, Kepala Seksi SMK Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Blitar, juga menegaskan komitmen pihaknya untuk mengawal kasus ini hingga tuntas.
Kami terus melakukan pendekatan dan pembinaan kepada siswa yang terlibat agar mereka dapat kembali bersekolah dan melanjutkan pendidikan dengan baik,” ujar Agus.
Diketahui, kasus dugaan kekerasan ini sebelumnya terjadi di area sekolah. Korban, yang merupakan adik kelas pelaku, sempat mengalami retak pada tulang hidung akibat insiden pemukulan yang diduga dipicu oleh tatapan yang dianggap menantang.
Pihak sekolah, keluarga, dan dinas pendidikan kini berupaya menuntaskan permasalahan ini dengan pendekatan restorative justice berbasis pendidikan.(tim/red)
0 Komentar